Tahukah
kalian, bahwa Indonesia termasuk sekelompok kecil bangsa yang memperoleh
kemerdekaan bukan sebagai pemberian penjajah, atau sebagai hasil suatu proses
damai belaka? Kemerdekaan yang kita miliki sekarang diraih melalui suatu
perjuangan panjang dan berat, dengan titik puncaknya dikumandangkan Proklamasi
Kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945. Apakah tanggal 17 Agustus 1945 merupakan
akhir dari perjuangan meraih kemerdekaan? Bagaimana kronologi perjuangan bangsa
kita meraih kemerdekaan? Untuk jelasnya ikutilah pembahasan berikut!
A. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kekalahan
Jepang dalam Perang Pasifik semakin jelas dengan dijatuhkannya bom atom oleh
Sekutu di kota Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dan Nagasaki pada tanggal
9 Agustus 1945. Akibat peristiwa tersebut, kekuatan Jepang makin lemah.
Kepastian berita kekalahan Jepang terjawab ketika tanggal 15 Agustus 1945 dini
hari, Sekutu mengumumkan bahwa Jepang sudah menyerah tanpa syarat dan perang
telah berakhir. Berita tersebut diterima melalui siaran radio di Jakarta oleh
para pemuda yang termasuk orang-orang Menteng Raya 31 seperti Chaerul Saleh,
Abubakar Lubis, Wikana, dan lainnya. Penyerahan Jepang kepada Sekutu
menghadapkan para pemimpin Indonesia pada masalah yang cukup berat. Indonesia
mengalami kekosongan kekuasaan (vacuum of power). Jepang masih tetap berkuasa
atas Indonesia meskipun telah menyerah, sementara pasukan Sekutu yang akan menggantikan
mereka belum datang. Gunseikan telah mendapat perintah-perintah khusus agar
mempertahankan status quo sampai kedatangan pasukan Sekutu. Adanya kekosongan
kekuasaan menyebabkan munculnya konflik antara golongan muda dan golongan tua
mengenai masalah kemerdekaan Indonesia. Golongan muda menginginkan agar
proklamasi kemerdekaan segera dikumandangkan. Mereka itu antara lain Sukarni,
B.M Diah, Yusuf Kunto, Wikana, Sayuti Melik, Adam Malik, dan Chaerul Saleh.
Sedangkan golongan tua menginginkan proklamasi kemerdekaan harus dirapatkan
dulu dengan anggota PPKI. Mereka adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta, Mr.
Ahmad Subardjo, Mr. Moh. Yamin, Dr. Buntaran, Dr. Syamsi dan Mr. Iwa
Kusumasumantri. Golongan muda kemudian mengadakan rapat di salah satu ruangan
Lembaga Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta pada tanggal 15 Agustus 1945
pukul 20.00 WIB. Rapat tersebut dipimpin oleh Chaerul Saleh yang menghasilkan
keputusan tuntutan-tuntutan golongan muda yang menegaskan bahwa kemerdekaan
Indonesia adalah hal dan soal rakyat Indonesia sendiri, tidak dapat
digantungkan kepada bangsa lain. Segala ikatan, hubungan dan janji kemerdekaan
harus diputus, dan sebaliknya perlu mengadakan perundingan dengan Ir. Soekarno
dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikutsertakan dalam menyatakan
proklamasi.
Langkah
selanjutnya malam itu juga sekitar jam 22.00 WIB Wikana dan Darwis mewakili
kelompok muda mendesak Soekarno agar bersedia melaksanakan proklamasi
kemerdekaan Indonesia secepatnya lepas dari Jepang. Ternyata usaha tersebut
gagal. Soekarno tetap tidak mau memproklamasikan kemerdekaan. Kuatnya pendirian
Ir. Soekarno untuk tidak memproklamasikan kemerdekaan sebelum rapat PPKI
menyebabkan golongan muda berpikir bahwa golongan tua mendapat pengaruh dari
Jepang. Selanjutnya golongan muda mengadakan rapat di Jalan Cikini 71 Jakarta
pada pukul 24.00 WIB menjelang tanggal 16 Agustus 1945. Mereka membawa Soekarno
dan Hatta ke Rengasdengklok. Rapat tersebut menghasilkan keputusan bahwa Ir.
Soekarno dan Drs. Moh. Hatta harus diamankan dari pengaruh Jepang. Tujuan para
pemuda mengamankan Soekarno Hatta ke Rengasdengklok antara lain:
a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa ke
Jakarta.
a. agar kedua tokoh tersebut tidak terpengaruh Jepang, dan
b. mendesak keduanya supaya segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia terlepas dari segala ikatan dengan Jepang.
Pada tanggal 16 Agustus 1945 pagi, Soekarno dan Hatta tidak dapat ditemukan di Jakarta. Mereka telah dibawa oleh para pemimpin pemuda, di antaranya Sukarni, Yusuf Kunto, dan Syudanco Singgih, pada malam harinya ke garnisun PETA (Pembela Tanah Air) di Rengasdengklok, sebuah kota kecil yang terletak sebelah Utara Karawang. Pemilihan Rengasdengklok sebagai tempat pengamanan Soekarno Hatta, didasarkan pada perhitungan militer. Antara anggota PETA Daidan Purwakarta dan Daidan Jakarta terdapat hubungan erat sejak keduanya melakukan latihan bersama. Secara geografis, Rengasdengklok letaknya terpencil, sehingga dapat dilakukan deteksi dengan mudah setiap gerakan tentara Jepang yang menuju Rengasdengklok, baik dari arah Jakarta, Bandung, atau Jawa Tengah. Mr. Ahmad Subardjo, seorang tokoh golongan tua merasa prihatin atas kondisi bangsanya dan terpanggil untuk mengusahakan agar proklamasi kemerdekaan dapat dilaksanakan secepat mungkin. Untuk tercapainya maksud tersebut, Soekarno Hatta harus segera dibawa
Akhirnya
Ahmad Subardjo, Sudiro, dan Yusuf Kunto segera menuju Rengasdengklok. Rombongan
tersebut tiba di Rengasdengklok pukul 17.30 WIB. Peranan Ahmad Subardjo sangat
penting dalam peristiwa kembalinya Soekarno Hatta ke Jakarta, sebab mampu
meyakinkan para pemuda bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan keesokan
harinya paling lambat pukul 12.00 WIB, nyawanya sebagai jaminan. Akhirnya
Subeno sebagai komandan kompi Peta setempat bersedia melepaskan Soekarno Hatta
ke Jakarta.
2 . Perumusan Naskah Proklamasi
Sekitar
pukul 21.00 WIB Soekarno Hatta sudah sampai di Jakarta dan langsung menuju ke
rumah Laksamana Muda Maeda, Jalan Imam Bonjol No. 1 Jakarta untuk menyusun teks
proklamasi. Dalam kondisi demikian, peran Laksamana Maeda cukup penting. Pada
saat-saat yang genting, Maeda menunjukkan kebesaran moralnya, bahwa kemerdekaan
merupakan aspirasi alamiah dan hak dari setiap bangsa, termasuk bangsa
Indonesia. Berikut ini tokoh-tokoh yang terlibat secara langsung dalam
perumusan teks proklamasi. Lihat tabel 11.1.
3 . Pelaksanaan Proklamasi Kemerdekaan
Setelah
rumusan teks proklamasi selesai dirumuskan muncul permasalahan, siapa yang akan
menandatangani teks proklamasi? Soekarno mengusulkan agar semua yang hadir
dalam rapat tersebut menandatangani naskah proklamasi sebagai” Wakilwakil
Bangsa Indonesia”. Usulan Soekarno tidak disetujui para pemuda sebab sebagian
besar yang hadir adalah anggota PPKI, dan PPKI dianggap sebagai badan bentukan
Jepang. Kemudian Sukarni menyarankan agar Soekarno Hatta yang menandatangani
teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia. Saran dan usulan Sukarni diterima.
Langkah
selanjutnya, Soekarno minta kepada Sayuti Melik untuk mengetik konsep teks
proklamasi dengan beberapa perubahan, kemudian ditandatangani oleh Soekarno
Hatta. Perubahan-perubahan tersebut meliputi:
a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
a. kata “ tempoh” diubah menjadi tempo,
b. wakil-wakil bangsa Indonesia diubah menjadi “Atas nama bangsa Indonesia”, dan
c. tulisan “Djakarta, 17-8-’05“ diubah menjadi Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05.
Naskah
hasil ketikan Sayuti Melik merupakan naskah proklamasi yang autentik. Malam itu
juga diputuskan bahwa naskah proklamasi akan dibacakan pukul 10.00 pagi di
Lapangan Ikada, Gambir. Tetapi karena ada kemungkinan timbul bentrokan dengan
pasukan Jepang yang terus berpatroli, akhirnya diubah di kediaman Soekarno, Jl.
Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Sejak pagi hari tanggal 17 Agustus 1945 di
kediaman Ir. Soekarno Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta telah diadakan
berbagai persiapan untuk menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kurang
lebih pukul 09.55 WIB, Drs. Mohammad Hatta telah datang dan langsung menemui
Ir. Soekarno. Sebelum proklamasi kemerdekaan dibacakan, pukul 10.00 WIB
Soekarno menyampaikan pidatonya, yang berbunyi:
Demikianlah
teks proklamasi kemerdekaan telah dibacakan oleh Ir. Soekarno. Susunan acara
yang direncanakan dalam pembacaan teks proklamasi kemerdekaan yaitu:
a. pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b. pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c. sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
a. pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno,
b. pengibaran bendera Merah Putih oleh Suhud dan Latief Hendraningrat, dan
c. sambutan Walikota Suwirjo dan dr. Muwardi.
Setelah
dibacakan teks proklamasi, maka telah lahir Republik Indonesia. Suatu peristiwa
yang bersejarah bagi bangsa Indonesia telah terjadi. Peristiwa yang sangat lama
dinantikan oleh segenap lapisan masyarakat, tetapi membutuhkan pengorbanan yang
tidak ternilai harganya. Untuk mengenang jasajasa Ir. Soekarno dan Drs. Moh
Hatta dalam peristiwa proklamasi, maka keduanya diberi gelar Pahlawan
Proklamasi (Proklamator). Selain itu Jalan Pegangsaan Timur diubah namanya
menjadi Jalan Proklamasi, dan dibangun Monumen Proklamasi.
Setelah
berabad-abad bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaan dan dilandasi oleh
semangat kebangsaan, dan telah mengorbankan nyawa maupun harta yang tidak
terhitung jumlahnya, maka peristiwa Proklamasi Kemerdekaan tanggal 17 Agustus
1945 merupakan titik puncak perjuangan tersebut. Proklamasi kemerdekaan
merupakan peristiwa yang sangat penting dan memiliki makna yang sangat mendalam
bagi bangsa Indonesia.
Berikut
ini makna dan arti penting proklamasi kemerdekaan Indonesia
1) Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5) Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
1) Apabila dilihat dari sudut hukum, proklamasi merupakan pernyataan yang berisi keputusan bangsa Indonesia untuk menetapkan tatanan hukum nasional (Indonesia) dan menghapuskan tatanan hukum kolonial.
2) Apabila dilihat dari sudut politik ideologis, proklamasi merupakan pernyataan bangsa Indonesia yang lepas dari penjajahan dan membentuk Negara Republik Indonesia yang bebas, merdeka, dan berdaulat penuh.
3) Proklamasi merupakan puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mencapai kemerdekaan.
4) Proklamasi menjadi alat hukum internasional untuk menyatakan kepada rakyat dan seluruh dunia, bahwa bangsa Indonesia mengambil nasib ke dalam tangannya sendiri untuk menggenggam seluruh hak kemerdekaan.
5) Proklamasi merupakan mercusuar yang menunjukkan jalannya sejarah, pemberi inspirasi, dan motivasi dalam perjalanan bangsa Indonesia di semua lapangan di setiap keadaan.
Dengan
proklamasi kemerdekaan tersebut, maka bangsa Indonesia telah lahir sebagai
bangsa dan negara yang merdeka, baik secara de facto maupun secara de jure.
Wilayah
Indonesia sangatlah luas. Komunikasi dan transportasi sekitar tahun 1945 masih
sangat terbatas. Di samping itu, hambatan dan larangan untuk menyebarkan berita
proklamasi oleh pasukan Jepang di Indonesia, merupakan sejumlah faktor yang
menyebabkan berita proklamasi mengalami keterlambatan di sejumlah daerah,
terutama di luar Jawa. Namun dengan penuh tekad dan semangat berjuang, pada
akhirnya peristiwa proklamasi diketahui oleh segenap rakyat Indonesia. Lebih
jelasnya ikuti pembahasan di bawah ini. Penyebaran proklamasi kemerdekaan 17
Agustus 1945 di daerah Jakarta dapat dilakukan secara cepat dan segera menyebar
secara luas. Pada hari itu juga, teks proklamasi telah sampai di tangan Kepala
Bagian Radio dari Kantor Domei, Waidan B. Palenewen. Ia menerima teks
proklamasi dari seorang wartawan Domei yang bernama Syahruddin. Kemudian ia
memerintahkan F. Wuz (seorang markonis), supaya berita proklamasi disiarkan
tiga kali berturut-turut. Baru dua kali F. Wuz melaksanakan tugasnya, masuklah
orang Jepang ke ruangan radio sambil marah-marah, sebab mengetahui berita
proklamasi telah tersiar ke luar melalui udara.
Meskipun
orang Jepang tersebut memerintahkan penghentian siaran berita proklamasi,
tetapi Waidan Palenewen tetap meminta F. Wuz untuk terus menyiarkan. Berita
proklamasi kemerdekaan diulangi setiap setengah jam sampai pukul 16.00 saat
siaran berhenti. Akibat dari penyiaran tersebut, pimpinan tentara Jepang di
Jawa memerintahkan untuk meralat berita dan menyatakan sebagai kekeliruan. Pada
tanggal 20 Agustus 1945 pemancar tersebut disegel oleh Jepang dan para
pegawainya dilarang masuk. Sekalipun pemancar pada kantor Domei disegel, para
pemuda bersama Jusuf Ronodipuro (seorang pembaca berita di Radio Domei)
ternyata membuat pemancar baru dengan bantuan teknisi radio, di antaranya
Sukarman, Sutamto, Susilahardja, dan Suhandar. Mereka mendirikan pemancar
baru di Menteng 31, dengan kode panggilan DJK 1. Dari sinilah selanjutnya
berita proklamasi kemerdekaan disiarkan.
Usaha
dan perjuangan para pemuda dalam penyebarluasan berita proklamasi juga
dilakukan melalui media pers dan surat selebaran. Hampir seluruh harian di Jawa
dalam penerbitannya tanggal 20 Agustus 1945 memuat berita proklamasi
kemerdekaan dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Harian Suara
Asia di Surabaya merupakan koran pertama yang memuat berita proklamasi.
Beberapa tokoh pemuda yang berjuang melalui media pers antara lain B.M. Diah,
Sayuti Melik, dan Sumanang. Proklamasi kemerdekaan juga disebarluaskan kepada
rakyat Indonesia melalui pemasangan plakat, poster, maupun coretan pada dinding
tembok dan gerbong kereta api, misalnya dengan slogan ”Respect our
Constitution, August 17!” Hormatilah Konstitusi kami tanggal 17 Agustus!
Melalui berbagai cara dan media tersebut, akhirnya berita Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia dapat tersebar luas di wilayah Indonesia dan di luar
negeri. Di samping melalui media massa, berita proklamasi juga disebarkan
secara langsung oleh para utusan daerah yang menghadiri sidang PPKI. Berikut
ini para utusan PPKI yang ikut menyebarkan berita proklamasi.
1. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
2. Sam Ratulangi dari Sulawesi.
3. Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
4. A. A. Hamidan dari Kalimantan.
1. Teuku Mohammad Hassan dari Aceh.
2. Sam Ratulangi dari Sulawesi.
3. Ktut Pudja dari Sunda Kecil (Bali).
4. A. A. Hamidan dari Kalimantan.
Negara
RI yang dilahirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 pada kenyataannya belum
sempurna sebagai suatu negara. Oleh karena itu langkah yang diambil oleh para
pemimpin negara melalui PPKI adalah menyusun konstitusi negara dan membentuk
alat kelengkapan negara. Untuk itu PPKI mengadakan sidang sebanyak tiga kali
yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945, 19 Agustus 1945, dan 22 Agustus 1945.
Sebelum rapat dimulai, muncul permasalahan yang disampaikan oleh wakil dari luar
Jawa, di antaranya Mr. Latuharhary (Maluku), Dr. Sam Ratulangi (Sulawesi), Mr.
Tadjudin Noor dan Ir. Pangeran Noor (Kalimantan), dan Mr. I Ktut Pudja (Nusa
Tenggara) yang menyampaikan keresahan penduduk non-Islam mengenai kalimat dalam
Piagam Jakarta yang nantinya akan dijadikan rancangan pembukaan dan Undang
Undang Dasar Negara Republik Indonesia. Kalimat yang dimaksud adalah “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariah Islam bagi para pemeluknya”, serta “syarat
seorang kepala negara haruslah seorang muslim”. Untuk mengatasi masalah
tersebut Drs. Mohammad Hatta beserta Ki Bagus Hadikusumo, Wachid Hasyim,
Mr. Kasman Singadimedjo, dan Mr. Teuku Mohammad Hassan membicarakannya secara
khusus. Akhirnya dengan mempertimbangkan kepentingan yang lebih luas dan
menegakkan Negara Republik Indonesia yang baru saja didirikan, rumusan kalimat
yang dirasakan memberatkan oleh kelompok non-Islam dihapus sehingga
menjadi berbunyi “ Ketuhanan Yang Maha Esa” dan syarat seorang kepala negara
adalah orang Indonesia asli. Untuk memahami hasil sidang secara lengkap, maka
perhatikan tabel 11.2 berikut.
1 . Pembentukan Komite Nasional
Sebagai
tindak lanjut dari sidang PPKI tanggal 22 Agustus 1945 maka dibentuklah Komite Nasional
Indonesia (KNI). Komite Nasional Indonesia adalah badan yang akan berfungsi
sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebelum diselenggarakan Pemilihan Umum
(Pemilu). KNIP diketuai oleh Mr. Kasman Singodimejo. Anggota KNIP dilantik pada
tanggal 29 Agustus 1945. Tugas pertama KNIP adalah membantu tugas kepresidenan.
Namun, kemudian diperluas tidak hanya sebagai penasihat presiden, tetapi juga
mempunyai kewenangan legislatif. Wewenang KNIP sebagai DPR ditetapkan dalam
rapat KNIP tanggal 16 Oktober 1945. Dalam rapat tersebut, wakil presiden Drs.
Moh. Hatta mengeluarkan Maklumat Pemerintah RI No. X yang isinya meliputi
hal-hal berikut.
a.
KNIP sebelum DPR/MPR terbentuk diserahi kekuasaan legislatif untuk membuat
undang-undang dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
b. Berhubung gentingnya keadaan, maka pekerjaan sehari-hari KNIP dijalankan oleh sebuah Badan Pekerja KNIP yang diketuai oleh Sutan Syahrir. Komite Nasional Indonesia disusun dari tingkat pusat sampai daerah. Pada tingkat pusat disebut Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan pada tingkat daerah yang disusun sampai tingkat kawedanan disebut Komite Nasional Indonesia.
2 . Pembentukan Partai Nasional Indonesia
Pada
tanggal 22 Agustus 1945 PPKI bersidang untuk yang ketiga kalinya dan
menghasilkan keputusan antara lain pembentukan Partai Nasional Indonesia, yang
pada waktu itu dimaksudkan sebagai satu-satunya partai politik di Indonesia
(partai tunggal). Dalam perkembangannya muncul Maklumat tanggal 31 Agustus 1945
yang memutuskan bahwa gerakan dan persiapan Partai Nasional Indonesia ditunda
dan segala kegiatan dicurahkan ke dalam Komite Nasional. Sejak saat itu,
gagasan satu partai tidak pernah dihidupkan lagi. Demi kelangsungan kehidupan
demokrasi, maka KNIP mengajukan usul kepada pemerintah agar rakyat diberikan
kesempatan seluas-luasnya untuk mendirikan partai politik. Sebagai tanggapan
atas usul tersebut, maka pada tanggal 3 November 1945 pemerintah mengeluarkan
maklumat pemerintah yang pada intinya berisi memberikan kesempatan kepada
rakyat untuk mendirikan partai politik. Maklumat itu kemudian dikenal dengan
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945. Partai politik yang muncul setelah
Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945 dikeluarkan antara lain Masyumi,
Partai Komunis Indonesia, Partai Buruh Indonesia, Parkindo, Partai Rakyat
Jelata, Partai Sosialis Indonesia, Partai Rakyat Sosialis, Partai Katolik,
Permai, dan PNI.
3 . Pembentukan Badan Keamanan Rakyat
Badan
Keamanan Rakyat (BKR) ditetapkan sebagai bagian dari Badan Penolong Keluarga
Korban Perang (BPKKP), yang merupakan induk organisasi yang ditujukan untuk
memelihara keselamatan masyarakat. BKR tugasnya sebagai penjaga keamanan umum
di daerah-daerah di bawah koordinasi KNI Daerah. Para pemuda bekas anggota Peta,
KNIL, dan Heiho segera membentuk BKR di daerah sebagai wadah perjuangannya.
Khusus di Jakarta dibentuk BKR Pusat untuk mengoordinasi dan mengendalikan BKR
di bawah pimpinan Kaprawi. Sementara BKR Jawa Timur dipimpin Drg. Moestopo, BKR
Jawa Tengah dipimpin Soedirman, dan BKR Jawa Barat dipimpin Arudji Kartawinata.
Pemerintah belum membentuk tentara yang bersifat nasional karena pertimbangan
politik, mengingat pembentukan tentara yang bersifat nasional akan mengundang
sikap permusuhan dari Sekutu dan Jepang. Menurut perhitungan, kekuatan nasional
belum mampu menghadapi gabungan Sekutu dan Jepang. Sementara itu para pemuda
yang kurang setuju pembentukan BKR dan menghendaki pembentukan tentara
nasional, membentuk badan-badan perjuangan atau laskar bersenjata. Badan
perjuangan tersebut misalnya Angkatan Pemuda Indonesia (API), Pemuda Republik
Indonesia (PRI), Barisan Pemuda Indonesia (BPI), dan lainnya. Selain itu para
pemuda yang dipelopori oleh Adam Malik membentuk Komite van Actie.
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
Pada tanggal 5 Oktober 1945 dikeluarkan Maklumat Pemerintah yang menyatakan berdirinya Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Sebagai pimpinan TKR ditunjuk Supriyadi. Berdasarkan maklumat pemerintah tersebut, maka segera dibentuk Markas Tertinggi TKR oleh Oerip Soemohardjo yang berkedudukan di Yogyakarta. Di Pulau Jawa terbentuk 10 Divisi dan di Sumatra 6 Divisi. Berkembangnya kekuatan pertahanan dan keamanan yang begitu cepat memerlukan satu pimpinan yang kuat dan berwibawa untuk mengatasi segala persoalan akibat perkembangan tersebut. Supriyadi yang ditunjuk sebagai pemimpin tertinggi TKR ternyata tidak pernah muncul. Pada bulan
November
1945 atas prakarsa dari markas tertinggi TKR diadakan pemilihan pemimpin
tertinggi TKR yang baru. Yang terpilih adalah Kolonel Soedirman, Komandan Divisi
V/Banyumas. Sebulan kemudian pada tanggal 18 Desember 1945, Soedirman dilantik
sebagai Panglima Besar TKR dengan pangkat jenderal.
Oerip
Soemohardjo tetap menduduki jabatan lamanya sebagai Kepala Staf Umum TKR dengan
pangkat Letnan Jenderal (Letjen). Terpilihnya Soedirman merupakan titik tolak
perkembangan organisasi kekuatan pertahanan keamanan. Pada bulan Januari 1946,
TKR berubah menjadi Tentara Rakyat Indonesia (TRI). Pada bulan Juni 1947 nama
TRI berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Sampai dengan pertengahan
1947, bangsa Indonesia telah berhasil menyusun, mengonsolidasikan dan sekaligus
mengintegrasikan alat pertahanan dan keamanan. TNI bukanlah semata-mata alat
negara atau pemerintah, melainkan alat rakyat, alat “revolusi” dan alat bangsa Indonesia.
Kemerdekaan
yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 ternyata mendapat sambutan yang
luar biasa di berbagai daerah, baik di Jawa maupun luar Jawa. Berikut ini
dukungan terhadap pembentukan Negara Republik Indonesia.
1.
Di Sulawesi Selatan, Raja Bone (Arumpone) La Mappanjuki, yang masih tetap ingat
akan pertempuran-pertempuran melawan Belanda pada awal abad XX, menyatakan
dukungannya terhadap Negara Kesatuan dan Pemerintahan Republik Indonesia.
Mayoritas raja-raja suku Makasar dan Bugis mengikuti jejak Raja Bone mengakui
kekuasaan Dr. Sam Ratulangie yang ditunjuk pemerintah sebagai Gubernur Republik
di Sulawesi.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
2. Raja-raja Bali juga mengakui kekuasaan Republik.
3. Empat raja di Jawa Tengah (Mangkunegaran, Kasunanan Surakarta, Kasultanan, dan Paku Alaman Yogyakarta) menyatakan dukungan mereka kepada Republik Indonesia pada awal September 1945.
Dukungan
yang sangat penting ditunjukkan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dari
Kasultanan Yogyakarta yang nampak dalam pernyataannya tanggal 5 September 1945.
Dalam pernyataan tersebut Sri Sultan Hamengku Buwono IX menegaskan bahwa Negeri
Ngayogyokarto Hadiningrat yang bersifat kerajaan sebagai Daerah Istimewa dalam
Negara Republik Indonesia. Pernyataan tersebut merupakan suatu keputusan yang
cukup berani dan bijak di dalam negara kerajaan yang berdaulat. Sesuai dengan
konsep negara kesatuan yang dianut Indonesia, tidak akan ada negara di dalam
negara. Kalau hal tersebut terjadi akan memudahkan bangsa asing mengadu domba.
Dukungan terhadap negara kesatuan dan pemerintah Republik Indonesia juga datang
dari rakyat dan pemuda. Berikut ini beberapa peristiwa sebagai wujud dukungan
rakyat secara spontan terhadap Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
1
. Sulawesi Selatan
Pada
tanggal 19 Agustus 1945, rombongan Dr. Sam Ratulangi, Gubernur Sulawesi,
mendarat di Sapiria, Bulukumba. Setelah sampai di Ujungpandang, gubernur segera
membentuk pemerintahan daerah. Mr. Andi Zainal Abidin diangkat sebagai
Sekretaris Daerah. Tindakan gubernur oleh para pemuda dianggap terlalu
berhatihati, kemudian para pemuda mengorganisasi diri dan merencanakan merebut
gedung-gedung vital seperti studio radio dan tangsi polisi. Kelompok pemuda tersebut
terdiri dari kelompok Barisan Berani Mati (Bo-ei Taishin), bekas kaigun heiho
dan pelajar SMP. Pada tanggal 28 Oktober 1945 mereka bergerak menuju sasaran.
Akibat peristiwa tersebut, pasukan Australia yang telah ada bergerak dan
melucuti mereka. Sejak peristiwa tersebut gerakan pemuda dipindahkan dari
Ujungpandang ke Polombangkeng.
2
. Di Bali
Para
pemuda Bali telah membentuk berbagai organisasi pemuda, seperti AMI, Pemuda
Republik Indonesia (PRI) pada akhir Agustus 1945. Mereka berusaha untuk menegakkan
Republik Indonesia melalui perundingan tetapi mendapat hambatan dari pasukan
Jepang. Pada tanggal 13 Desember 1945 mereka melakukan gerakan serentak untuk
merebut kekuasaan dari tangan Jepang, meskipun gerakan ini gagal.
3
. Gorontalo
Pada
tanggal 13 September 1945 di Gorontalo terjadi perebutan senjata terhadap
markas-markas Jepang. Kedaulatan Republik Indonesia berhasil ditegakkan dan
para pemimpin Republik menolak ajakan untuk berunding dengan pasukan pendudukan
Australia.
4
. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rapat
Raksasa dilaksanakan di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta) tanggal 19
September 1945. Sekitar 200.000 orang hadir dalam pertemuan tersebut. Pada
peristiwa ini, kekuatan Jepang, termasuk tank-tank, berjaga-jaga dengan
mengelilingi rapat umum tersebut. Rapat Ikada dihadiri oleh Presiden Soekarno
dan Wakil Presiden Mohammad Hatta serta sejumlah menteri. Untuk menghindari
terjadinya pertumpahan darah, Presiden Soekarno menyampaikan pidato yang
intinya berisi permintaan agar rakyat memberi kepercayaan dan dukungan kepada
pemerintah RI, mematuhi perintahnya dan tunduk kepada disiplin. Setelah itu
Presiden Soekarno meminta rakyat yang hadir bubar dan tenang.
5
. Terjadinya Insiden Bendera di Hotel
Yamat
amat amato, o, Sur Suraba aba abaya Insiden ini terjadi pada tanggal 19
September 1945, ketika orang-orang Belanda bekas tawanan Jepang menduduki Hotel
Yamato, dengan dibantu segerombolan pasukan Serikat. Orang-orang Belanda
tersebut mengibarkan bendera mereka di puncak Hotel Yamato. Hal tersebut
memancing kemarahan para pemuda. Hotel tersebut diserbu para pemuda, setelah
permintaan Residen Sudirman untuk menurunkan bendera Belanda ditolak penghuni
hotel. Bentrokan tidak dapat dihindarkan. Beberapa pemuda berhasil memanjat
atap hotel serta menurunkan bendera Belanda yang berkibar di atasnya. Mereka
merobek warna birunya dan mengibarkan kembali sebagai Merah Putih.
6
. Di Yogyakarta
Di
Yogyakarta perebutan kekuasaan secara serentak dimulai tanggal 26 September
1945. Sejak pukul 10 pagi semua pegawai instansi pemerintah dan perusahaan yang
dikuasai Jepang melaksanakan aksi mogok. Mereka memaksa agar orang-orang Jepang
menyerahkan aset dan kantornya kepada orang Indonesia. Tanggal 27 September
1945 Komite Nasional Indonesia Daerah Yogyakarta mengumumkan bahwa kekuasaan di
daerah tersebut telah berada di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada hari
itu juga di Yogyakarta diterbitkan surat kabar Kedaulatan Rakyat.
7.
Sumatra Selatan
Dukungan
dan perebutan kekuasaan terjadi di Sumatra Selatan pada tanggal 8 Oktober 1945,
ketika Residen Sumatra Selatan dr. A.K. Gani bersama seluruh pegawai Gunseibu
dalam suatu upacara menaikkan bendera Merah Putih. Setelah upacara selesai,
para pegawai kembali ke kantornya masing-masing. Pada hari itu juga diumumkan
bahwa di seluruh Karesidenan Palembang hanya ada satu kekuasaan yakni kekuasaan
Republik Indonesia. Perebutan kekuasaan di Palembang berlangsung tanpa insiden,
sebab orang-orang Jepang telah menghindar ketika terjadi demonstrasi.
8
. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Peristiwa
ini terjadi di Semarang pada tanggal 15 - 20 Oktober 1945. Peristiwa itu
berawal ketika 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk
mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak ketika akan
dipindahkan ke Semarang. Tawanan-tawanan tersebut menyerang polisi Indonesia
yang mengawal mereka. Situasi bertambah hangat dengan meluasnya desas-desus
bahwa cadangan air minum di desa Candi telah diracuni. Dr. Karyadi yang
meneliti cadangan air minum tersebut meninggal ditembak oleh Jepang.
Pertempuran mulai pecah dini hari tanggal 15 Oktober 1945 di Simpang Lima.
Pertempuran berlangsung lima hari dan baru berhenti setelah pimpinan TKR
berunding dengan pimpinan pasukan Jepang. Usaha perdamaian dipercepat dengan
mendaratnya pasukan Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 yang
kemudian menawan dan melucuti senjata tentara Jepang. Untuk mengenang
keberanian para pemuda Semarang dalam pertempuran tersebut, maka dibangunlah
Tugu Muda yang terletak di kawasan Simpang Lima, Semarang.
9
. Di Bandung
Pertempuran
diawali dengan usaha para pemuda untuk merebut pangkalan Udara Andir dan pabrik
senjata bekas ACW (Artillerie Constructie Winkel, sekarang Pindad). Usaha
tersebut berlangsung sampai datangnya pasukan Sekutu di Bandung tanggal 17
Oktober 1945.
10.
Kalimantan
Di
beberapa kota di Kalimantan mulai timbul gerakan yang mendukung proklamasi.
Akibatnya tentara Australia yang sudah mendarat atas nama Sekutu mengeluarkan
ultimatum melarang semua aktivitas politik, seperti demonstrasi dan mengibarkan
bendera Merah Putih, memakai lencana Merah Putih dan mengadakan rapat. Namun
kaum nasionalis tidak menghiraukannya. Di Balikpapan tanggal 14 November 1945,
tidak kurang 8.000 orang berkumpul di depan komplek NICA sambil membawa bendera
Merah Putih.
11.
Sulawesi Utara
Usaha
menegakkan kedaulatan di Sulawesi Utara tidak padam, meskipun tentara NICA
telah menguasai wilayah tersebut. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pemuda
Indonesia anggota KNIL tergabung dalam Pasukan Pemuda Indonesia (PPI)
mengadakan gerakan di Tangsi Putih dan Tangsi Hitam di Teling, Manado. Mereka
membebaskan tawanan yang mendukung Republik Indonesia antara lain Taulu,
Wuisan, Sumanti, G.A. Maengkom, Kusno Dhanupojo, dan G.E. Duhan. Di sisi lain
mereka juga menahan Komandan Garnisun Manado dan semua pasukan Belanda di
Teling dan penjara Manado. Dengan diawali peristiwa tersebut para pemuda
menguasai markas Belanda di Tomohon dan Tondano. Berita tentang perebutan
kekuasaan tersebut dikirim ke pemerintah pusat yang saat itu di Yogyakarta dan
mengeluarkan Maklumat No. 1 yang ditandatangani oleh Ch.Ch. Taulu. Pemerintah
sipil dibentuk tanggal 16 Februari 1946 dan sebagai residen dipilih B.W.
Lapian.
Sumber : Buku BSE
sumbernya darimana gan??
ReplyDelete